Sabtu, 28 Januari 2017

Sedikit Rahasia

Sedikit rahasia membuat kita sakit.
Yaa, entah mengapa hal tersebut memang benar adanya. Karena, sesungguhnya saya merupakan seorang manusia yang penuh rahasia, bukan berarti kita tidak boleh memiliki rahasia, namun, terkadang untuk urusan "PERASAAN" lebih baik jangan dipendam sendiri. Ya, kalau perlu katakan kepada orang yang dituju tanpa harus merahasiakannya.

Kalau boleh jujur, mengatakan rahasia hati itu benar-benar sulit bahkan terlihat tidak mungkin untuk dilakukan, alasannya sederhana, mungkin orang yang kita ceritakan rahasia hati kita tidak merespon sesuai dugaan kita atau malahan sesuai dengan dugaan hati kita.

Saya akan bercerita sedikit mengenai pengalaman saya di tahun 2015 dan tahun 2016. Pada tahun tersebut anggaplah saya sedang menyukai seseorang bahkan dalam tahap mencintai dirinya, mungkin hanya saya yang merasa seperti itu, karena memang sepertinya orang tersebut hanya memandang saya sebagai angin lalu.
Karena, banyaknya rahasia yang saya pendam saat itu, membuat jalan otak saya tidak baik, sedikit marah banyak mengeluh terhadap orang tersebut. Sampai saya sempat berpikir untuk meninggalkan dia, namun yg terjadi, saya hanya memakan semua rasa sakit hati saya hingga saat ini. Ketakutan akan kehilangan dirinya semakin besar namun, saya diamkan saja.

Bagaimana tidak dibilang makan sakit hati saja, orang tersebut telah bersama dengan orang lain, namun, ia tetap baik terhadap saya bahkan terkadang ia selalu bersama saya, yaaa.... karena kami dalam satu lingkup pekerjaan yang sama. Namun, sedikit banyak dia tetap ada disamping saya dalam keadaan duka ataupun senang.
Saya berpikir bahwa kalau ia menganggap saya sebagai teman dekat, namun tak sedekat itu karena ia tidak pernah mengatakan kepada saya bahwa ia telah bersama yang lain.
Mungkin ya, sebagai seorang wanita saya membutuhkan sedikit penjelasan mengenai hubungannya dengan siapa ia menjalani hubungan. Alasannya mudah, kenapa saya ingin kejelasan dari dirinya, yaitu agar saya bisa memulai hidup baru tanpa memikirkannya.

Namun, apa yang terjadi, setelah berselang hampir 2 tahun setelah ia bersama pilihannya, ia pun mengakhiri hubungannya dengan pasangannya. Walau sebelum berakhir hubungan mereka saya pernah mengungkapkan perasaan saya kepadanya. Ia sempat berkata "kamu ingin saya menjadi pacar kamu?", pada saat itu yang saya pikirkan bukan untuk menjadi pacarnya namun hanya ingin dia tahu, bahwa saya ada disini untuknya. Saya menjawab pertanyaan ia dengan kalimat "tidak, saya tidak ingin menjadi pacarmu. Saya masih nyaman dengan hubungan kita sekarang. Karena, jujur saya belum siap untuk menjalin hubungan yg spesial dengan mu saat ini. Saya takut kehilangan diri mu sebagai teman ataupun sahabat."
Kala itu dia hanya menatap saya dan berkata "sudah lama sekali saya tidak mendengar isi hatimu yang sesungguhnya. Selamat datang kembali, sebagai seseorang yang mengatakan isi hatinya kepada saya. Saya hanya bisa bilang : ya beginilah jika menyukai saya. Terima kasih sudah bersama saya selama ini. Tapi, saya tidak akan megusir kamu dalam hidup saya, karena saya tidak bisa."

Setelah percakapan lama namun singkat itu, saya sejujurnya tidak mengerti apa maksud dari perkataannya. Karena saya terlalu takut mengambil kesimpulan. Dan selang beberapa bulan setelahnya ia mengakhiri hubungan dirinya dengan orang yang ia pilih saat itu. Dan apa yang terjadi pada saya selanjutnya adalah saya hanya tetap ada disampingnya dan menemani dia apapun keadaannya. Saya berperilaku sebagai temannya, atau sahabatnya yang kadang kala marah, karena ia sebegitunya terlihat tidak peduli kepada dirinya sendiri.

Sampai saat ini, yang saya pelajari adalah lebih baik mengutarakan apa yang dirasakan, bukan untuk menuntut bersama dirinya, namun agar jalan kerja otak saya lebih baik dan mengurangi penyesalan yang kadang menghampiri pikiran saya. Ya, berbagi rahasia perasaan kita itu terkadang membuat perasaan lebih ringan untuk diri sendiri, tapi terkadang akan membebani yang diceritakan. Ya, bukannya jahat, tapi lebih kepada melindungi diri sendiri.

Ya, beginilah saya terlalu banyak alasan untuk melindungi diri saya sendiri, namun banyak merasakan sakit hati. Alasannya mudah, karena selama ini yang saya lihat hanyalah dia. Tanpa bisa melihat perjuangan orang lain untuk diri saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar