Minggu, 26 Februari 2017

Datang, pergi dan datang

Tanpa disadari sudah banyak manusia yang datang dan pergi dalam kehidupan saya, dari hanya kenal menjadi teman, kemudian menjadi seseorang yang tidak saya kenal.
Banyak orang yang datang dan pergi sesuka hati ia didalam kehidupan saya. Namun, ada juga yang datang dan tidak pernah pergi sampai detik ini. Walaupun terkadang saya yang menghilang dari dunia mereka tetapi mereka tetap ada untuk saya untuk sampai saat ini. Saya memandang teman seperti teman tersebut memandang diri saya. Ketika teman itu memilih hidupnya tanpa saya, saya pun tidak akan memaksa mereka untuk hidup didalam kehidupan saya.

Seorang teman pernah berkata "kamu memang mencintai banyak orang, kalau pun ada satu orang yang lebih kamu cintai, kamu tetap dengan prinsip mu. Kamu lebih mencintai dirimu sendiri daripada mencintai diri orang lain. Baik itu sebagai teman ataupun lebih dari teman".
Terkadang saya ingin menghilangkan pikiran itu, namun setelah sekian lama saya hidup, sebanyak itu juga yang telah mengkhianati kepercayaan saya terhadap mereka. Mungkin dulu, saya akan memaklumi hal tersebut, namun saat ini saya lebih memilih untuk melindungi diri saya.
Saya pernah mengatakan " i love you, but i love me more". Ketika saya disakiti satu kali, saya akan memaafkannya, namun jika untuk kedua dan ketiga kalinya, saya hanya bisa mengatakan "maaf, saya sudah tidak bisa memberikan kepercayaan saya kepada anda. Maaf, saya sudah tidak ingin merendahkan diri saya hanya untuk anda sakiti. Karena telah berulang dan anda tidak percaya kepada saya. Saya kuat untuk tidak memikirkan rasa sakit itu, namun rasa sakit itu selalu menghantui. Maaf saya lebih memilih untuk tumbuh dan berkembang, bukan diam menunggu kalian. Maafkan saya." Dalam hal ini, saya bukannya tidak pernah menyakiti teman saya, saya bukanlah manusia suci yang tidak memiliki kesalahan kepada mereka. Namun, jika memang saya sadar akan kesalahan saya, saya akan dengan senang hati meminta maaf, namun, apabila saya tidak mengetahui apa salah saya, mungkin lebih baik anda mengatakannya kepada saya, apa salah saya, dan jika itu memang salah saya dan perbuatan saya, saya akan meminta maaf kepada anda.

Dari sedikit banyak pengalaman saya hidup, yang saya pelajari adalah, kamu boleh meminta maaf dan mengakui kesalahan apabila kamu memang melakukan hal yang keliru, namun apabila kamu tidak melakukannya, jangan pernah mengakui, karena itu hanya akan membuat orang yang membuat mu dituduh senang. Ya, memang egois, namun itu adalah bentuk pembelaan diri.

Datang atau pergi adalah pilihan dari setiap manusia, jadi lebih baik menerima yang datang dan merelakan yang pergi, seringkali merelakan sesuatu itu sulit, namun itu adalah sebuah usaha untuk memperbaiki diri, mungkin memang sulit, namun apa salahnya untuk mencoba merelakan yang sudah pergi.

Salam kasih untuk kalian semua. ♡♡♡


Selasa, 14 Februari 2017

Dicintai atau mencintai

"I'm selfish,impatient and a little insecure. I make mistake, I am out of control and at times hard to handle. But if you can't handle me at my worst, then you sure as hell don't deserve me at my best."  -Marilyn Monroe


Maaf, tapi benar apa yang saya rasakan saat ini telah dikatakan oleh marilyn monroe. Saya bukan berhenti mencintai dirimu, tapi saya juga memiliki keinginan untuk dicintai oleh mu.

Ya, hanya sedikit berharap. Semoga kalian semua dilimpahkan kebahagiaan dan tetap bisa tersenyum.


Minggu, 12 Februari 2017

Langit

Hai langit...
Kenapa kamu menangis tak menentu seperti itu?
Kenapa kamu senang, sedih bergantian tak tentu waktu?

Langit, aku sudah tidak bersedih. Namun, kenapa kamu masih menangis?
Tapi, jika dengan tangisan mu dunia ini menjadi lebih baik tak apa.
Aku paham, karena dengan menangis bukan berarti kita kalah akan keadaan, namun kita menangis untuk meredakan beban pikiran saja.

Tapi, langit, aku boleh jujur?
Kemarin aku sedih, namun aku sudah tidak bisa menangis lagi..
Ada apa dengan mata dan hati ku?
Apakah memang sudah sepantasnya aku tidak perlu menangisi dia?
Tapi, langit... aku kemarin sedih, sampai kepalaku kosong tak bisa memikirkan apapun.

Langit, melihat mu menangis tak menentu waktu seperti itu, membuat ku ingin berkata "Terima kasih langit, kamu sudah mewakili aku untuk menangis", karena aku sudah tidak bisa menangis lagi untuk saat ini, rasaku ini sudah terasa hampa, hingga menangis saat sedih saja aku tak bisa.

Langit, tolong bawakan aku angin lain untuk mengajarkan aku bagaimana bahagia dan menangis kembali ya...

Terima kasih langit.


Sabtu, 04 Februari 2017

Hidup ini untuk siapa?

Pernah sekali waktu saya berdiam diri di kamar saya dan saya mendengar pikiran di dalam kepala saya yang mengatakan "sesungguhnya kamu hidup 5 tahun terakhir itu untuk siapa?".

Saya pun berpikir dan memutar semua memori dalam otak saya untuk 5 tahun yang lalu. Kalimat itu tak bisa saya jawab dengan mudah, alasannya mudah, karena 5 tahun ke belakang saya habiskan hanya untuk kesenangan semata tanpa memikirkan apa yang terjadi setelahnya. Saya sadar ketika sedikit banyak orang-orang disekeliling saya datang dengan label "Teman", namun pada akhirnya mereka bisa berjalan menjauh dari hidup saya. Mungkin, dulu dalam rentang 5 tahun itu, mereka melihat saya sebagai manusia yang bisa melakukan apapun untuk mereka, membantu mereka dan bahkan saya dapat mengesampingkan hidup saya demi mereka. Atau mungkin, belakangan ini saya yang mendorong mereka semua keluar dari hidup saya, karena beberapa masalah yang pernah saya alami setahun lalu atau mungkin karena masalah yang sudah lama saya bawa, namun saya sembunyikan ?

Kalau diperbolehkan membuat alasan lagi, saya tanpa tidak sadar menjaga jarak dengan sebagian orang bukan dengan alasan saya tidak sayang kepada mereka, namun saya sama sekali tidak mau membuat hidup mereka sulit jika tetap berteman baik dengan saya. Mungkin akan tumbuh beberapa pertanyaan? Mengapa seperti itu? Mungkinkan jika mereka tetap ingin berteman dengan saya, tanpa memikirkan dampak untuk mereka sendiri ? Ya memang, itu mungkin sekali. Namun, saya yang tidak tahan melihatnya.

Rasanya saya ingin sekali pergi jauh dari tempat saya saat ini, dengan membuat alasan yang terkadang tidak sama antara hati saya dan logika saya. Alasan saya ingin pergi adalah saya tidak ingin lagi menyakiti banyak pihak dengan kelakuan saya yang terkadang memang menyakitkan. Mungkin alasan saya menyakiti karena saya melindungi diri saya sendiri.

Ada beberapa teman yang selalu mengatakan
"kenapa kamu tidak memilih satu untuk menekani hidup kamu? Agar hidup kamu lebih bahagia?"
Dengan muka datar saya menjawab "memang selama ini saya tidak bahagia?"
"Kebahagiaan kamu itu hanya untuk membahagiakan orang lain, bukan untuk dirimu."
"Lalu bagaimana caranya bahagia?"
"Berhenti untuk membahagiakan orang lain, coba untuk membuat hidup mu yang terpenting"
"Walau harus menyakiti orang lain?"
"Bukan menyakiti orang lain. Bahagia dan sakit itu beda tipis, sesuai dengan persepsi orang tersebut. Kalau kamu membunuh orang lain demi kebahagiaan mu, itu namanya menyakiti. Jika tidak, semua baik-baik saja."
"Oke, aku renungkan dulu ya :)"
"Ayo, jangan direnungkan saja. Lakukan! Agar kamu bisa bahagia"

Ya, bahagia itu sebenarnya sederhana. Bahagia itu hanya dalam persepsi saja. Baik atau burukpun haya persepsi saja. Bahagia itu ketika, diri kita adalah tujuan utama dari semua itu.