Sabtu, 04 Februari 2017

Hidup ini untuk siapa?

Pernah sekali waktu saya berdiam diri di kamar saya dan saya mendengar pikiran di dalam kepala saya yang mengatakan "sesungguhnya kamu hidup 5 tahun terakhir itu untuk siapa?".

Saya pun berpikir dan memutar semua memori dalam otak saya untuk 5 tahun yang lalu. Kalimat itu tak bisa saya jawab dengan mudah, alasannya mudah, karena 5 tahun ke belakang saya habiskan hanya untuk kesenangan semata tanpa memikirkan apa yang terjadi setelahnya. Saya sadar ketika sedikit banyak orang-orang disekeliling saya datang dengan label "Teman", namun pada akhirnya mereka bisa berjalan menjauh dari hidup saya. Mungkin, dulu dalam rentang 5 tahun itu, mereka melihat saya sebagai manusia yang bisa melakukan apapun untuk mereka, membantu mereka dan bahkan saya dapat mengesampingkan hidup saya demi mereka. Atau mungkin, belakangan ini saya yang mendorong mereka semua keluar dari hidup saya, karena beberapa masalah yang pernah saya alami setahun lalu atau mungkin karena masalah yang sudah lama saya bawa, namun saya sembunyikan ?

Kalau diperbolehkan membuat alasan lagi, saya tanpa tidak sadar menjaga jarak dengan sebagian orang bukan dengan alasan saya tidak sayang kepada mereka, namun saya sama sekali tidak mau membuat hidup mereka sulit jika tetap berteman baik dengan saya. Mungkin akan tumbuh beberapa pertanyaan? Mengapa seperti itu? Mungkinkan jika mereka tetap ingin berteman dengan saya, tanpa memikirkan dampak untuk mereka sendiri ? Ya memang, itu mungkin sekali. Namun, saya yang tidak tahan melihatnya.

Rasanya saya ingin sekali pergi jauh dari tempat saya saat ini, dengan membuat alasan yang terkadang tidak sama antara hati saya dan logika saya. Alasan saya ingin pergi adalah saya tidak ingin lagi menyakiti banyak pihak dengan kelakuan saya yang terkadang memang menyakitkan. Mungkin alasan saya menyakiti karena saya melindungi diri saya sendiri.

Ada beberapa teman yang selalu mengatakan
"kenapa kamu tidak memilih satu untuk menekani hidup kamu? Agar hidup kamu lebih bahagia?"
Dengan muka datar saya menjawab "memang selama ini saya tidak bahagia?"
"Kebahagiaan kamu itu hanya untuk membahagiakan orang lain, bukan untuk dirimu."
"Lalu bagaimana caranya bahagia?"
"Berhenti untuk membahagiakan orang lain, coba untuk membuat hidup mu yang terpenting"
"Walau harus menyakiti orang lain?"
"Bukan menyakiti orang lain. Bahagia dan sakit itu beda tipis, sesuai dengan persepsi orang tersebut. Kalau kamu membunuh orang lain demi kebahagiaan mu, itu namanya menyakiti. Jika tidak, semua baik-baik saja."
"Oke, aku renungkan dulu ya :)"
"Ayo, jangan direnungkan saja. Lakukan! Agar kamu bisa bahagia"

Ya, bahagia itu sebenarnya sederhana. Bahagia itu hanya dalam persepsi saja. Baik atau burukpun haya persepsi saja. Bahagia itu ketika, diri kita adalah tujuan utama dari semua itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar